Hi, guest ! welcome to Yahoo!. | About Us | Contact | Register | Sign In

Thursday, January 21, 2016

Menabur Benih Integritas Calon Mahasiswa


PENGGUNAAN indeks integritas sekolah sebagai acuan penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi negeri (PTN) pantas didukung penuh. Pasalnya, indeks yang diterapkan untuk jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) itulah pupuk yang bakal merawat moral antikorupsi.

Penggunaan indeks kejujuran sekolah tingkat menengah atas itu akan dimulai dalam masa seleksi tahun ini.Basis nilainya telah dibuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dari tahun ajaran 2015/2016, utamanya kinerja sekolah dalam ujian nasional.

Ada 11 ribu sekolah yang mendapat indeks integritas tinggi. Namun, banyak lagi SMA, SMK, dan madrasah aliah (MA) yang berada di bawah naungan Kementerian Agama diganjar nilai buruk akibat kecurangan mereka. Memang, indeks itu bisa merugikan siswa yang sebetulnya baik, tetapi berasal dari sekolah culas. Namun, di situ pula pelajaran mahal integritas akan terlihat. Pelajaran amat mahal itu ditujukan kepada para guru, siswa, dan orangtua siswa agar bisa bersama-sama mengerti, memahami, dan terbiasa akan pentingnya kejujuran.


Di sisi lain, jelas perang antikorupsi tidak tuntas sampai di sini. Perdebatan panjang dunia tentang apakah integritas bisa diajarkan memang tidak pernah tuntas. Bukan satu, melainkan banyak pemimpin dengan beragam gelar dari sekolah terhormat tanpa malu menjadi garong duit rakyat. Bahkan filsuf besar Socrates sendiri mengatakan kebajikan tidak bisa diajarkan.

Namun, dunia ini tidak habis pula menghidupkan optimisme. Bukan hanya Socrates pulalah yang sepanjang hidupnya berusaha mengajarkan kebajikan, melainkan juga hingga masa sekarang ada banyak bukti tentang kemenangan moral akibat didikan yang baik.

Salah satu contoh nyata itu ada di Hong Kong. Negara tersebut dulu terkenal dengan karakter korup yang bahkan diibaratkan from the womb to the tomb (dari kandungan hingga kuburan). Namun, kini kita menyaksikan Hong Kong masuk deretan negara tebersih di Asia. Kunci perubahan negara itu menjadi jajaran tebersih ialah adanya pendidikan antikorupsi yang dilakukan di sekolah sejak 1974.

Integritas para pendidik di Hong Kong pun ikut membawa negara itu mencapai nilai indeks persepsi korupsi (IPK) 8,3 dari skala 0 hingga 10, dan menjadi negara tebersih dari perilaku korup ke-15 dari 163 negara di dunia pada 2006. Jelas, langkah Hong Kong harus menjadi pelajaran penting bagi negara kita yang hingga 2015 masih di urutan ke-117 dengan nilai IPK 3.4. Bahkan dengan negara tetangga seperti Thailand dan Filipina, kita tertinggal jauh karena mereka mampu duduk di peringkat ke-85.

Bahkan kita pun kalah jauh jika dibandingkan dengan negara-negara Asia semacam India, Sri Lanka, dan Mongolia.Tidak mengherankan kita diberi label salah satu negara terkorup di Asia Pasifik. Menanam benih antikorupsi sejak dini ibarat membonsai pohon. Ketika ia telah dibuat tumpul sejak awal, mustahil menjadikannya menjulang saat dewasa.

Kini, sebelum tunas-tunas bangsa tersebut terbiasa dengan keculasan, kita mesti mendidik mereka bahwa keberhasilan masuk ke jenjang pendidikan tinggi mesti ditempuh dengan cara bersih dan jujur sejak awal. Bahkan, pendidikan antikorupsi mestinya bisa kita mulai sejak lebih dini, di bangku sekolah dasar.
Share this article now on :

Post a Comment

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-p =))