JIKA Anda merasa bahwa Anda adalah satu-satunya orang yang gagal, maka bisa saya katakan bahwa Anda salah. Beratus juta orang hidup di dunia ini pasti pernah merasakan nikmatnya kegagalan. Kenapa saya katakan kenikmatan? Karena kegagalan merupakan guru terbaik yang akan mengajarkan kita mengenai hakikat kesuksesan. Kegagalan kita hari ini bukanlah akhir dari segalanya, tapi awal dari kesuksesan kita. Kegagalan yang satu akan melahirkan seribu semangat untuk melahirkan bentuk kesuksesan lainnya.
Semua tergantung pada kita yang menjalaninya. Jika Anda memilih diam saat kegagalan kerap menerpa Anda, maka Anda hanya akan merasakan seribu kegagalan lainnya. Namun jika Anda memilih bangkit dari kegagalan itu dan berusaha untuk meraih kesuksesan lainnya, seperti yang bisa Anda tebak, Anda akan mendapatkan kesuksesan lainnya.
Kesuksesan. Ya, pandangan setiap orang mengenai satu kata ini bisa jadi berbeda-beda. Ada yang mengartikan bahwa kesuksesan adalah seberapa banyak uang, seberapa panjang gelar, atau seberapa mumpuni pengalaman. Bagaimana dengan Anda?
Setia Furqon Kholid dalam bukunya Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses mengatakan bahwa kesuksesan adalah saat kita dekat dengan sumber kesuksesan yang hakiki, yaitu Allahu Rabbi. Jika seseorang meniatkan dirinya untuk sukses dekat dengan sumber kesuksesan, maka Allah akan berikan seribu jalan meraih kesuksesan yang lainnya. Percaya?
Sebuah buku yang berjudul “Sukses, Harga Mati” menjelaskan bahwa ketika kita bersandar pada hal lain selain sumber kesuksesan itu, maka ketika kita terjatuh dalam mendapatkannya alias gagal, kita akan merasakan sakit yang teramat luar biasa. Sebagai contoh, ketika kita sedang duduk bersandar. Hal yang kita takutkan adalah kursi tempat kita bersandar diambil orang lain dan menyebabkan kita terjatuh. Ya, begitu pula dengan kehidupan kita. Jika kita ingin sukses dan bersandar pada kecerdasan kita, bisa jadi kecerdasan itu akan hilang, dan akhirnya kita tidak sukses. Atau ketika kita menyandarkan kesuksesan kita pada harta, jika harta yang kita miliki habis, alhasil kesuksesan kita juga akan hilang. Namun, jika kita sandarkan kesuksesan kita hanya pada Allah, Tuhan yang memiliki kesuksesan, maka kesuksesan itu tidak akan hilang. Mengapa? Karena Allah tidak akan pernah pergi meninggalkan kita.
Lalu, bagaimana kita bisa meraih kesuksesan dekat denganNya?
Tidak ada kata lain, selain berusaha untuk mendekatkan diri kepadaNya saat ini juga. Sulit? Ya, saya rasa memang sulit. Sulit karena semangat membara dalam jiwa tidak selaras dengan aksi yang kita lakukan. Sangat sulit, sulit untuk terwujud.
Dalam sebuah website motivasi, sang penulis mengatakan bahwa cita-cita yang besar membutuhkan usaha yang besar juga. Antara cita-cita dan usaha itu berbanding lurus, seperti rumus kecepatan dalam rumus gerak lurus beraturan yang menjelaskan bahwa semakin besar kecepatan maka semakin panjang jarak yang ditempuh. Ditambah lagi sebuah hadist qudsi yang mengatakan bahwa,
“Aku sesuai dengan prasangka hambaKu terhadapKu. Aku mengingatnya jika ia mengingatKu. Jika dia mendekatiKu sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Jika ia mendekatiKu sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Jika ia akan mendatangiku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari-lari kecil.”
Ya, tugas kita adalah ikhtiar sekuat tenaga. Cukup yang memiliki kesuksesan, Allah, yang akan menentukan kesuksesan mana yang terbaik diberikan pada kita. Bangkitlah bagi Anda yang kini sedang terpuruk karena kesuksesan yang Anda pandang tidak kunjung datang. Bukan salah Tuhan, tapi bisa jadi salah Anda dalam menyikapinya.
Saya pernah bertanya pada Pak Entang, vokalis umi maktum voice, seorang penyanyi tuna netra yang sangat menginspirasi. “Bagaimana kalau kita sedang down?”. Jawab beliau cukup singkat, “Ibarat kita sedang mengerek timbaan, kalau sudah turun mengambil air, setelah itu pasti akan kita tarik ke atas. Ya, begitulah semangat kita. Tidak apa-apa down sekali, nanti naiknya berkali-kali. Harus lebih bertenaga lagi”.
Ya, begitu banyak nikmat yang seringkita lupa untuk mensyukurinya. Masih banyak jalan menuju roma, kenapa harus berhenti saat jalan yang satu tertutup? Masih banyak ratusan jalan terbentang untuk bisa kita lewati. Mengutip kata Mario Teguh, “Anak muda itu harus tetap disiplin dalam belajar walaupun malas dan tetap bekerja keras walaupun tidak ada jaminan masa depan.” Yang menjamin masa depan kita sukses atau tidak ya diri kita dan Allah-kan?
Kalau bukan kita yang mengatur kehidupan kita, siapa lagi? Berkumpullah bersama orang-orang yang akan mengantarkan kita pada kebaikan dan menjauhkan kita dari keburukan. Ajaklah orang-orang di sekeliling kita dalam kebaikan dan kebenaran. Ciptakanlah lingkungan yang kondusif.
Kesuksesan itu diraih tidak hanya dengan niat, tapi butuh ikhtiar yang keras dan doa yang kuat. Salam kebangkitan!
Post a Comment